Sabtu, 26 Maret 2011

JAGA AURAT, TOLAK NARI KELUAR NEGRI


Margonda | BMD

Kuliah di perkotaan besar merupakan tantangan tersendiri bagi mahasiswi daerah. Hal ini amat dirasakan oleh Melita Ruchiyat. Tak senyap seperti di kota asalnya, Pangakalan Bun, Kalimantan Tengah, Depok dan Jakarta menjadi perantauan Melita yang diwarnai kemacetan dan udara panas.

Meski demikian, ia nikmati situasi itu, bahkan ia jadikan teman baru dalam menjalani kegiatan sehari-hari. ”Berbeda dengan tempat asalku, Kalimatan, Depok dan Jakarta ternyata lebih sulit, karena macet dan panas, tapi aku harus terus berjuang demi tercapai cita-citaku,” ujar Mel, sapaan akrab Melita Ruchiyat kepada BMD, kemarin.

Keputusan gadis manis ini untuk melanjutkan jenjang pendidikan Strata 1 (S1) di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) jurusan Manejemen Komunikasi memang bukan paksaan dari orangtuanya, namun keinginannya sejak lama.

Bagi Mel, yang bertekad menutup auratnya sejak kelas 1 SMA itu, Depok dan Jakarta adalah kota impiannya, karena di dua kota itu terdapat pusat pendidikan bertaraf internasional. ”Tapi soal kehidupan di luar itu, saya harus berani menjaga diri, antara lain dengan berjilbab. Selain menutup aurat, juga tameng dari kejahatan,” ujarnya.

Seminggu setelah ia memakai jilbab, Mel mengaku mendapatkan godaan yang sangat menggoyahkan hatinya, yaitu tawaran menari tarian khas Kalimantan di New Zealand dengan pakaian yang agak terbuka.

”Aku sempat nyesel banget nolak tawaran menari di luar negeri, namun aku ingat kewajiban sebagai muslimah. Alhamdulillah, aku bisa ambil keputusan tepat. Rezeki itu sudah ada yang mengatur. Hal ini terbukti ada tawaran sebuah radio di Kalimantan yang mengontrak aku untuk jadi penyiar selama 1,5 tahun,” ungkap cewek manis kelahiran Bogor, 15 Mei 1991 itu.

Untuk menunjang aktivitas kuliahnya, gadis berzodiak Taurus ini memutuskan untuk hidup mandiri di kos-kosannya di Lenteng Agung, dekat kampusnya. Saat jadi mahasiswi baru, ia sempat kaget dengan pergaulan di kampusnya. Namun akhirnya, ia bisa beradaptasi. ”Aku nggak terlalu suka jalan-jalan di mall. Buatku, mall hanya tempat pemborosan,” jelas anak bungsu dari dua bersaudara ini.

Mel yang aktif sebagai anggota organisasi lingkungan, GENSI (Generasi Konservasi) ini berharap, kota-kota besar, seperti Depok dan Jakarta memerhatikan tataruangnya, yaitu tetap mempunyai lahan hijau yang bisa dimanfaatkan masyarakat, dan menurangi polusi. ”Pemerintah Kota harusnya memerhatikan keadaan alamnya, sehingga udara bisa tetap bersih dan nyaman sebagai tempat tinggal warganya,” tandasnya.

n Pius Yosep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar